Dan Sosok Pekerja Keras Itupun Telah Purnatugas

Kamis malam lalu saya berkirim pesan dengan Umi, saya mengirimkan screenshoot nilai IPK pada semester lalu yang baru saja secara resmi dikeluarkan pihak kampus. Saya bersyukur karena memperoleh nilai yang cukup memuaskan. Keesokan harinya pada Jum’at pagi Umi membalas pesan saya tersebut dengan mendoakan saya agar selalu meraih kesuksesan. Setelah itu Umi menginformasikan kepada saya bahwa hari Jum’at ini adalah hari terakhir beliau bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil. Ya, Umi saya memang sudah mengajukan pensiun dini dari sejak awal tahun ini, setelah 34 tahun bekerja sebagai PNS di salah satu Kementrian rasanya Umi sudah cukup lelah dan memang harus pensiun dini. 

Pengajuan pensiun dini ini pun sudah jauh – jauh hari di diskusikan dengan kami anak – anaknya. Dan kami bertiga sepakat untuk mendukung gagasan tersebut, karena kami melihat tidak ada lagi urgensi untuk memaksa Umi agar tetap bekerja mencari nafkah karena semua anak – anaknya Alhamdulillah sudah punya penghasilan masing – masing. Terlebih setelah kakak saya yang paling besar sudah menempuh lembaran hidup baru dengan suaminya kedua orang tua saya merasa lebih plong, karena yang tersisa saat ini tinggal saya dan itu pun tidak terlalu mendesak mengingat saya masih punya alibi untuk menunda pernikahan setidaknya sampai kuliah magister ini selesai. :)

Namun sesungguhnya perjalanan 34 tahun sebagai PNS bukanlah hal yang sederhana. Setidaknya saya adalah saksi hidup yang menyaksikan bagaimana Umi menjadi sosok yang serba bisa untuk keluarga. Saya tidak akan pernah lupa masa – masa ketika saya masih kecil, kami mengontrak rumah di bilangan Perumnas Klender pada saat itu. Pada saat itu Abah saya masih bekerja, jadi Umi dan Abah sering berbagi tugas untuk membawa saya dan abang saya ke kantornya. Terkadang saya yang ikut Umi dan abang saya ikut Abah, atau sebaliknya. Pada masa itulah saya menyaksikan bagaimana Umi sering kali tidak dapat duduk di bus kota dan terkadang ada orang yang berbaik hati untuk memangku saya di tempat duduknya, sedangkan Umi duduk dekat dashboard bus kota tersebut. Entah berapa sering saya membuat malu Umi ketika membawa saya ke kantornya, mulai dari menangis, tidur siang di ruang kerjanya, minta ditemani untuk buang air ke toilet dan banyak hal lain yang saya sangat sulit menjelaskannya.

Menginjak tahun 1998 sampai tahun 200an adalah keadaan tersulit bagi keluarga kami. Abah divonis terkena diabetes melitus dengan sebuah luka di kakinya yang mengakibatkan beliau harus terbaring di tempat tidur selama hampir 3 tahun. Disaat itulah Umi menjadi sosok tulang punggung keluarga kami, dan anda tahu bagaimana penghasilan PNS sebelum zaman Gus Dur jadi presiden. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga Umi rela mencari tambahan dengan menerima jasa pengurusan Askes bagi PNS. Bukan itu saja, Umi juga rela untuk menjual tas dari manik – manik yang dirajutnya sendiri dengan memakan waktu dan memerlukan ketelitian untuk mencari tambahan dalam memenuhi kebutuhan keluarga kami. Saya juga tidak pernah lupa ketika setiap hari Idul Fitri Umi selalu menggoreng kacang mete untuk dijual kepada teman teman kantornya.

Umi tidak pernah mengeluh dengan semua keadaan itu, saya pikir sudah tidak ada lagi gengsi yang dimilikinya. Semua itu dijalaninya dengan penuh kesabaran demi kami anak  – anaknya. Entah bagaimana lelah yang dirasakannya pada saat itu, tidur tidak nyenyak karena selalu memikirkan bagaimana agar keluarga kami tetap tercukupi ekonominya. Sesungguhnya Umi lah sosok pekerja keras di dalam hidup saya. Tujuannya sederhana ingin memiliki anak – anak yang soleh, dengan pendidikan minimal Sarjana dan masa depan lebih baik darinya dulu. Subhanallah ternyata memang Allah Maha Adil dan Maha Menyaksikan ketulusan hamba-Nya, hari ini semua cita – cita dan doa itu diijabah oleh-Nya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>