Pengalaman adalah Guru yang Terbaik

Pengalaman adalah guru yang terbaik, begitulah pepatah asing mengatakan. Pepatah dalam bahasa aslinya berbunyi “Experience is the best teacher” ini sudah sering disisipkan sebagai sebuah quote di buku tulis bermerk “BIG BOSS”. Oleh karena itu, rasanya hampir seluruh siswa sekolah angkatan 90’an sudah cukup familiar dengan kata bijak ini.

Bagi saya makna yang tersirat dari pepatah ini adalah cukup sederhana, yakni hendaklah engkau mengambil pelajaran dari setiap apa yang dialami. Sehingga engkau tidak perlu lagi mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari kelak. Oh ya, sambil memikirkan makna petuah tadi secara serius, kadang terbesit juga pikiran saya yang agak kurang serius. 

“Kalau maksudnya adalah mengambil pelajaran dari setiap apa yang dialami, Apakah harus kita sendiri yang mengalami ? Atau sah – sah saja kalau kita mengambil pelajaran dari sesuatu yang dialami oleh orang lain ?”

Saya pikir secara fiqih tidak ada dalil yang melarang kita untuk mengambil pelajaran dari hal – hal yang pernah di alami diri sendiri apalagi orang lain. Saya malah berpikir bahwa hal tersebut sangat baik, karena dapat memperkaya khazanah pengalaman kita, tanpa kita harus benar – benar mengalaminya.

Agak jauh sedikit perenungan saya kearah yang lebih serius. Saya jadi ingat nasehat Abah sewaktu mengajarkan tentang wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW. Ya betul, apalagi kalau bukan QS. Al-Alaq ayat 1-5 yang populer dengan istilah “Iqra”. Abah bilang pada saat itu bahwa benar “Iqra” artinya adalah membaca. Tapi perspektif membaca ini bukan diartikan semata-mata sebagai membaca tulisan saja. Ada pemahaman yang jauh lebih luas, yakni membaca tanda-tanda kebesaran-Nya.

Lebih jauh saya diterangkan bahwa tanda-tanda kebesaran Allah itu ada 2. Ada yang bersifat Qauliyah dan ada yang bersifat Kauniyah. Tanda kebesaran yang bersifat Qauliyah (ucapan) adalah Al-Quran. Sedangkan tanda kebesaran yang bersifat Kauniyah (ciptaan) adalah Alam Semesta. Jadi “Iqra” itu bukan hanya sekedar membaca kekuasaan Allah yang bersifat Qauliyah (yakni Al-Quran), tapi juga membaca Alam Semesta.

Mengutip salah satu ceramah di youtube, bahwa terkadang orang tua kita dahulu tak berapa pandai tentang membaca ayat yang sifatnya Qauliyah baik itu Al-Quran, Hadits, maupun Atsar. Akan tetapi ramai dari mereka yang mampu membaca alam semesta. Sering kali mereka mengambil perumpamaan dari alam  semesta dan menjadikannya sebagai pembelajaran di dalam kehidupan ini.

Saya rasa juga demikian dengan pepatah diawal tadi. Bahwa untuk mengambil pelajaran dari sebuah pengalaman tidak harus pengalaman tersebut adalah pengalaman pribadi kita. Mungkin saja pengalaman baik atau buruk yang dialami oleh orang di sekeliling kita. Dengan mengumpulkannya maka bertambah bijaklah kita didalam menjalani hidup.

Tabik,

Kuala Lumpur

One thought on “Pengalaman adalah Guru yang Terbaik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>