Menilai Islam dengan obyektif, menurut saya hal itulah yang seharusnya dilakukan oleh teman – teman saya diluar sana baik yang beragama non Muslim bahkan yang masih mengaku pernah bersyahadat alias Muslim. Beberapa tahun belakangan ini saya begitu miris melihat betapa Islam dengan sembunyi – sembunyi (konspiratif) bahkan terang – terangan diserang dan dihujat. Artikel ini sebagai pandangan pribadi saya menyikapi hal – hal yang menyudutkan Islam saat ini.
Mungkin bukan rahasia lagi setelah peristiwa 11 September (nine eleven) yang meruntuhkan salah satu simbol kapitalisme di Amerika Serikat, label “TERORIS” begitu melekat dengan Islam. Begitu banyak kabar yang beredar di dunia maya bahwa sebenarnya runtuhnya gedung World Trade Center di Amerika Serikat merupakan sesuatu yang sudah direncanakan, terlepas dari benar atau tidaknya kabar tersebut memang setelah peristiwa 11 september itu, Amerika dan sekutunya tidak henti – henti nya menyebarkan syndrome Islamophobia. Yap.. Islamophobia yaitu suatu ketakutan yang teramat sangat ketika mendengar kata “Islam”. Tidak hanya itu, sepertinya 11 September itu juga menjadi langkah sukses Amerika Serikat dan Sekutunya untuk memborbardir negeri orang lain. Sebut saja Afghanistan, Irak, Libya adalah negeri yang diporakporandakan Amerika dengan alasan yang sangat jitu yaitu “Membasmi Terorisme” atau dengan bahasa yang begitu halus “Menjaga Perdamaian Dunia”.
Isu senjata pemusnah massal, sampai dengan pembasmian rezim otoriter telah di kedepankan Amerika dan sekutunya untuk meraup kekayaan alam yang berlimpah yap… MINYAK. Bukan hanya melakukan invasi secara terang – terangan ke negeri orang lain, Amerika juga sibuk mempersiapkan sederetan scenario untuk merusak Islam dengan berbagai cara.
Salah satunya yang terjadi di negeriku Indonesia ini, Amerika tidak segan – segan menggelontorkan dana yang besar untuk memberikan beasiswa kuliah yang sebenarnya adalah kedok untuk menanamkan Liberalisme di Indonesia. Banyak mahasiswa Universitas yang mendapat beasiswa untuk kuliah disana yang kemudian sepulangnya dari sana membentuk sebuah gerakan Liberalisme yang ingin merusak Islam dari dalam.
Belum lagi serangan – serangan pengrusakan moral dan akhlak berupa trend dan mode berpakaian yang saat ini benar – benar memprihatinkan. Mungkin dulu, yang wanita menggunakan celana pendek keluar rumah masih merasa sungkan dan agak malu. Tapi teman – teman bisa lihat saat ini para wanita tidak lagi mengindahkan hal – hal yang demikian. Mereka dengan bebasnya mengenakan hot pant kemana saja mereka suka, bukan hanya itu bahkan celana kekurangan bahan itu pun juga saat ini banyak dipakai oleh anak – anak perempuan yang masih kecil (SD). Dengan mengedepankan kebebasan hak asasi hal – hal seperti itu sah – sah saja dilakukan, maka jangan salahkan jika banyak kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual yang kerap kali menimpa kaum wanita, tidak lain karena oknum wanita tersebut tidak lagi menjaga ‘izzah nya sebagai wanita.
Sungguh apa yang diceritakan oleh guru ngajiku dulu benar – benar terjadi saat ini. Dulu, waktu aku masih duduk di bangku SD, setiap hari aku sekolah Madrasah di dekat rumahku. Guruku pernah mengatakan bahwa nanti diakhir zaman orang yang benar – benar memegang teguh ajaran Islam dengan konsisten seperti orang yang sedang memegang bara api yang begitu panas. Begitu berimajinasinya aku tatkala dulu diceritakan seperti itu, dan kini aku mengalaminya. Dengan alasan kebebasan hak asasi manusia orang dengan seenak nya makan minum di tengah jalan ketika bulan suci Ramadhan. Dan yang paling memprihatinkan lagi, hal ini dilakukan oleh orang yang mengaku dirinya Muslim.
Beruntung masih ada orang diluar Islam yang masih mau bertenggang rasa dan menghormati ummat Islam yang berpuasa di bulan Ramadhan. Namun begitu tidak sedikit juga dengan alasan kebebasan HAM kemudian mengabaikan hal – hal itu dengan mengatakan
“Islam rese’ banget sih, mau puasa puasa aja ga usah warung pada disuruh tutup”
Hahaha ini jelas ucapan orang yang tidak objektif, kalau alasannya segampang itu, saya bisa saja membalikkan kata – kata anda dengan ucapan
“Itu orang di Bali rese’ banget sih … mau ngerayain hari raya silahkan aja ga usah orang di larang keluar dari rumah.. turis dilarang keluar hotel.. ”
fair kan..?
Ada lagi orang yang logika nya sangat rendah menilai Islam dengan parameter kebenaran yang tidak jelas dengan mengatakan
“Orang Islam mah maling, kalo ga percaya liat aja tuh kalo abis pulang sholat jum’at sandal nya pada hilang ”
Dengan logika serendah itu mereka menilai Islam. Kalau hanya begitu saya juga bisa saja membalikkan perkataanya dengan mengatakan
“Itu orang yang jualan narkoba di Meksiko, Agama mereka apa sih …? ”
Parameter kebenaran di dalam Islam hanya satu RASULULLAH SAW, kalau anda ingin menilai Islam, jangan dari Ustad A Ustad B, Kyai A Kyai B, Habib A Habib B dan seterusnya. Tapi ambillah contoh dari Rasulullah SAW. Bagaimana keindahan akhlak beliau SAW, kepada orang lain baik dia Muslim atau pun di luar Muslim.
Tulisan ini saya peruntukkan untuk teman – teman saya diluar Muslim yang masih begitu toleran dengan Agama yang saya anut, yang masih bersedia mematikan mesin motonya yang berisik ketika lewat di depan masjid yang sedang ada sholat berjama’ah, yang masih mau makan siang ngumpet karena toleransi kepada saya yang sedang berpuasa, terimakasih atas toleransi nya dan mari kita jaga toleransi beragama. Dan juga teman – teman saya yang beragama Muslim, mari kita menyadari bahwa kita memiliki system yang sempurna, yang telah mengatur setiap sendi dari hidup kita, ialah ISLAM.
Gambar Sumber : http://3.bp.blogspot.com/_9etQcIfUmTg/S7ROrcgfe9I/AAAAAAAAAG0/kNeG56nLlYw/s1600/semut.jpg