Ingatlah dulu, tatkala Ayahmu berjuang mendidikmu. Apa yang paling pertama ia tanamkan ?
Keteladanan, ya inilah alasan mengapa engkau begitu mengaguminya. Engkau menjadikan ia sosok yang engkau percaya untuk bertukar pikiran. Bahkan hingga engkau sedewasa ini.
Ia mengajakmu pergi dari satu rumah ke rumah orang lain untuk mengajarkan ilmu agama. Bersama dengannya, engkau saksikan kitab – kitab agama di tangan kanannya. Dan tangan kirinya menggenggam tanganmu dengan eratnya. Bahkan dengan lengan dan bahunya yang saat itu masih tegap, ia menggendongmu yang sudah tertidur saat pulang dari pengajian.
Dari sosoknya lah engkau mendapat gambaran tentang bagaimana cara memahamkan orang. Tentang bagaimana engkau menyusun artikulasi pembicaraan sehingga mampu mengubah orang yang tadinya tidak tahu menjadi tahu.
Kadang keteladanan itu juga harus dibalut dengan ketegasan. Agar kami yang pada saat itu nakal bisa diluruskan kembali. Kalau bukan karena ketegasan itu, mungkin hari ini kami tidak akan menjadi sedisiplin itu menjalankan syari’at, utamanya sholat.
Cukuplah semua ini menjadi pengingat betapa jasa engkau sangat besar mewarnai hidupku. Nilai – nilai itu senantiasa akan aku simpan. Untuk kemudian aku interpretasi kembali untuk menemukan relevansinya dengan zaman yang aku hadapi saat ini. Dan tentu aku ajarkan yang baik – baik darimu pada anakku kelak.
Tabik, – Kuala Lumpur