Sedikit Saja Tentang Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Seorang teman saya menulis cerita berikut ini :

” Suatu ketika semua orang memakai baju putih,

Ada seorang pemuda dia sibuk melihat noda yg ada di beberapa orang yg lewat,

berkata pemuda itu kepada orang yg dia temui

“itu ada noda kecap gtu, emang ga bisa makan yg bnr ya ampe blepotan gtu?”

Lalu dia berkata lagi ke orang yg berbeda “nah ini, kok bisa2nya si ada noda mentega”

Lalu dia berkata lagi ke orang yg berbeda “knp ampe ada noda lumpur gtu?”

Tapi dia sendiri ga sadar ada beberapa noda yg ada d bajunya sendiri.

Lalu datang seorang pemuda lain berkata kepada pemuda tersebut “ayo kita sama2 k laundry yuk”

Saya gak begitu tau sih ini cerita siapa yang buat apakah ini memang cerita orisinil buatan teman saya atau dia hanya copas dari orang lain. Tapi intinya yang bisa saya tangkap dari cerita ini adalah

” Gak usah banyak mengoreksi kekurangan orang, kita koreksi aja kekurangan masing – masing “

Sebenernya tidak ada yang salah dengan cerita ini, namun entah kenapa saya merasa sedikit tergelitik untuk menelaah kalimat – kalimat yang ada di dalam cerita anonim ini. Mungkin juga karena saya punya hobi baca, saya merasa sepertinya ada beberapa kalimat pada cerita tersebut agak – agaknya mengandung tendensi ke arah tertentu.

Oke bagaimana kalau redaksi dari cerita itu saya rubah sedikit.

Ada seorang pemuda melihat pemuda tampan berbaju putih,

Pemuda ini melihat ada noda pada baju putih yang dikenakan oleh pemuda tampan tersebut,

Pemuda ini mengira bahwa pemuda tampan tersebut hendak pergi ke suatu pesta,

sehingga tidak elok kelihatannya jika pemuda tampan tersebut pergi ke sebuah pesta besar dengan mengenakan baju putih bernoda tersebut.

Maka pemuda tersebut berkata kepada pemuda tampan itu

“Mas maaf di baju nya ada noda kecap”

Lantas pemuda tampan tersebut berterima kasih karena telah diberitahu sesuatu yang dia belum ketahui,

tanpa sengaja pemuda tampan tersebut melihat noda mentega, sambal, tumis kangkung pada baju pemuda tadi, seraya berkata

“Baju mas juga ada noda tuh, nah gini aja, gimana kalau kita sama sama pergi ke laundy”

Similar but not Equal, kenapa saya merasa perlu untuk membuat cerita tandingan ? karena sadar atau tidak cerita pertama yang disampaikan oleh teman saya tadi, mengandung beberapa kalimat bernada nyinyir seperti

emang ga bisa makan yg bnr ya ampe blepotan gtu?
kok bisa2nya si ada noda mentega
knp ampe ada noda lumpur gtu?

Kenapa kita gak berpikir bahwa selalu ada cara positif untuk memberikan peringatan kepada orang lain, kenapa kita selalu mengendorse kata – kata seperti ini, seolah – olah orang yang ingin memberitahukan kebaikan kepada orang lain selalu menyampaikan dengan cara – cara yang kasar.

Inilah yang disebut Ghawzul Fikr atau serangan pemikiran. Bukan saya sok tahu dan ngerasa sempurna. Tetapi kenyataannya ada suatu kekuatan besar yang ingin menghancurkan Ummat Islam dari berbagai arah. Salah satunya dari segi pemikiran, dikaranglah cerita – cerita seperti ini sehingga akhirnya kita meninggalkan satu hal yang menjadi kewajiban bagi kita Orang Islam, yakni Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Menyeru kepada kebaikan mencegah kepada kemunkaran).

Bukankah kita juga diajarkan untuk saling nasihat menasihati dalam mentaati kebenaran, dan saling nasihat menasihati di dalam menetapi kesabaran ? Jangan berpikir bahwa Anda cukup menjalankan perintah agama untuk diri anda sendiri. Anda juga perlu untuk berdakwah mengajak orang lain yang belum baik agar menjadi lebih baik, meanwhile kita sendiri pun terus berusaha menjadi lebih baik dan dengan tangan terbuka menerima saran agar menjadi lebih baik

Dan terakhir jangan beranggapan bahwa dakwah amar ma’ruf nahi munkar itu selalu dengan cara mencela, memaki dan hal – hal tidak menyenangkan lainnya. Banyak sekali pada orang – orang Muslim yang berdakwah beramar ma’ruf nahi munkar dengan cara – cara yang amat santun.

Waspadailah oleh kita bersama golongan – golongan orang yang sering berlindung dibalik label ‘Open-minded’ untuk melegalkan kemunkaran. Orang – orang yang berlindung dibalik label ‘Hak Asasi Manusia’ untuk melegitimasi keingkaran kepada Allah. Mereka suka membuat cerita – cerita, lucuan – lucuan yang sangat halus sekali, tanpa terasa memiliki tendensi menghina agama Islam dengan perlahan. Mohonlah perlindungan dan petunjuk dari Allah SWT. Wallahu A’lam

Leave a Reply