Untukmu Dunia, aku tak ingin berlebihan mencintaimu

Suatu pagi di dalam KRL Commuter Line perjalanan berangkat ke kantor, seperti biasa saya berangkat ke kantor dengan menggunakan pakaian formal kemeja lengan panjang dengan ID card perusahaan tergantung di leher (gaya khas orang kantoran), celana bahan dengan sepatu hitam, dan menenteng tas ransel dengan sebelah tangan, dan satu lagi gaya yang sudah menjadi kebiasaan saya sekarang (dan mungkin juga sebagian orang) yakni kuping tertutup earphone sambil mendengarkan musik dari gadget kesayangan. Pada hari itu kereta tidak terlalu ramai seperti biasanya, sehingga pendingin udara didalamnya begitu terasa menyejukkan perjalanan pagi hari itu.

Didalam suasana yang begitu sejuk itu, entah kenapa tiba – tiba saya berpikir. Bagaimana jika semua yang sekarang ini saya miliki kemudian akan hilang ? Pekerjaan, karir, penghasilan yang sekarang saya miliki, bagaimana jika Allah Yang Maha Kuasa tiba – tiba mencabut semuanya dari saya ? sudah siapkah saya dengan keadaan seperti itu ? hmm…. pertanyaan ini beberapa kali seperti terulang – ulang di dalam diri saya. Sejujurnya kita tau bahkan sudah sering mendengar dari para pemuka agama kita, bahwa semua ini adalah titipan. Tetapi kenapa merasa tidak rela ketika Dia akan mengambil semuanya dari kita ?

Jawabannya adalah simple, karena kita telah mencintai dunia. hmm… ” manusiawi “ adalah kata – kata yang sering kita gunakan ketika kita ingin me legitimate kecintaan kita pada dunia. Solusi yang tepat atas kegundahan ini ternyata saya temukan di salah satu ceramah alm. KH. Zainuddin MZ, dimana beliau mengatakan bahwa

” Kalau kita cinta kepada Allah sepenuhnya, dan cinta kepada alam seperlunya, pulang jadi enak “

Sekitar 3 tahun yang lalu saya teringat kenangan ketika di PHK dari perusahaan dan saat itu saya baru mulai melanjutkan pendidikan S1. Satu bulan sebelum perusahaan bubar, kami diberikan notice dan waktu itu saya mendapat panggilan interview di daerah Petojo. Siang hari itu sebelum datang ke lokasi, saya melaksanakan sholat dzuhur di musholla sebelah pos polisi terminal bus Grogol. Kala itu ada seorang bapak berpakaian seragam Mikrolet menjadi imam sholat saya. Selepas sholat saya pergi menuju tempat interview di daerah Petojo VIJ (belakang roxy). Selesai interview saya kembali ke musholla di samping pos polisi terminal Grogol untuk melaksanakan sholat ashar, dan kebetulan yang menjadi imam sholat adalah bapak yang tadi saya jumpai ketika sholat dzuhur.

Selesai sholat kami pun berkenalan, nama beliau adalah pak Muhammad Danial. Beliau adalah pengemudi mikrolet tapi saya lupa berapa nomor trayeknya. Diskusi kami pun berlangsung hangat meskipun kami baru kenal, dan beliau pun bertanya sedang apa keperluan apa disini. Dengan polos saya menceritakan bahwa bulan depan saya akan di PHK dan sekarang tengah berusaha mencari tempat kerja baru. Ekpresi empati yang mendalam terlihat dari raut wajah beliau seraya menepuk – nepuk bahu kanan saya. Beliau mencoba menguatkan saya bahkan sempat menawarkan pekerjaan kepada saya dengan berkata

” yang sabar ya dek, kalau adek bisa bawa mobil dirumah saya ada mikrolet satu lagi “

Kami pun berpisah di depan musholla itu dengan sangat indah, beliau sempat mengecup pipi kanan dari kiri saya sebelum kami berpisah. Ya Rabbi … beliau pun belum beranjak dari hadapan saya sampai saya menaiki bus jurusan Bekasi dan saya mengucapkan salam kepada beliau.

Ya Allah …. aku sudah pernah mengalami hal yang demikian, mudah – mudahan saya bisa menjadi orang yang amanah di dalam menjaga pemberian ini. Saya tidak ingin mencintai dunia ini berlebihan, mudah – mudahan Engkau jadikan kami orang – orang yang tidak mencintai dunia ini berlebihan. Mudah – mudahan Engkau jadikan kami orang – orang yang senantiasa memberikan kemanfaatan atas segala titipan ini, dan Engkau jadikan titipan ini adalah ladang di dalam kebajikan kami di dunia ini. Aamiin …

Leave a Reply